"Ternyata Wanita itu?"•
Kiriman Member : Rizky rachman
Mungkin belum saatnya atau masih dalam lindungan Allah SWT, itu yang
aku alami ketika lolos dari kecelakaan maut di daerah kebak kramat
karanganyar Jawa Tengah. Tahun 1999-2004 aku masih
sering mondar-mandir Surabaya-Solo. Tugasku di Solo sementara rumahku
di Surabaya menyebabkan hampir tiap 3-5 hari sekali aku naik Bis Jurusan
Surabaya- Solo. Dari Surabaya biasanya aku berangkat pukul 2 pagi.
Biasanya bis-bis Surabaya jam segitu betul-betul ngejoss, waktu tempuh
yang normalnya 6-7 jam bisa diringkes tinggal 4 jaman. Sport jantung
mesti, karena sopirnya lebih suka tancep gas daripada nginjak rem.
Sementara kalau dari Solo aku milih pulang jam 10 malam. Sama-sama enak
tinggal tidur saja, tahu-tahu sudah sampai terminal. Begitulah rutinitas
yang aku alami waktu itu.
Pukul 02.15 bis patas“SK” jurusan
Surabaya – Jogja sudah meninggalkan terminal Bungurasih. Penumpangnya
tidak begitu banyak, cukup longgar malah. Mulai Raya Klatek bis sudah
tancap gas terus. Aku milih duduk dibelakang Sopir, tempat duduk yang
menurut naluriku lebih “aman”. Karena berdasarkan statistik kecelakaan
yang pernah aku baca, umumnya kecelakaan bis selalu memakan korban yang
duduk dideretan sebelah kiri, sementara dideretan kanan lebih aman.
Mungkin ini naluri seorang sopir ya, karena biasanya yang dimakankan
mesti kernetnya.
Lepas dari rumah makan “D” aku mulai merasa
agak ngantuk, maklum hampir 3 jam mata enggan dipejamkan, tidak tahu kok
malam itu susah tidur. Entah sadar atau tidak (mungkin masih pada fase
theta), aku melihat dikaca samping tempat dudukku ada seorang perempuan
cantik dengan rambut hitam panjang tersenyum kepadaku, tangannya yang
kuning langsat seperti membawa seikat kembang mawar. Bibirnya nampak
merah merona, dengan mata yang “riyep-riyep” mirip luna maya. Perempuan
itu nampak sedang menari dengan lincahnya, iringannya lagu-lagu
campursarian. Aku sendiri merasa heran, namun nalarku seolah mati. Aku
mengikuti tarian itu dengan seksama, dan sedikit menikmati. Setelah
selesai menari perempuan itu seolah melayang dan sudah ada disisiku
“mas-e duduknya pindah ya, jangan disini tapi disitu “katanya sambil
menunjuk ke deretan ke lima sebelah kanan “lho kenapa mbak?” tanyaku
agak tidak suka “sudahlah mas-e sebaiknya pindah dari sini” begitu
dilakukannya hingga tiga kali, setelah itu perempuan itu menjauh dan
hilang. Agak geragapan aku bangun bersamaan dengan bis yang tiba-tiba
mengerem, berhenti untuk menaikkan penumpang. Dua orang penumpang naik,
seorang ibu dengan anaknya. Anaknya ngotot minta duduk dibelakang sopir
“kuwatir mabuk” katanya ibunya kepadaku. Aku ngalah dan berdiri menunju
bangku ke empat sebelah kanan yang kosong. Dengan agak menggerutu aku
menduduki bangku itu, bis kemudian berjalan lagi, dengan kencang
menembus kegelapan malam. Bis makin lama makin kencang, ibu tadi
berkali-kali mengingatkan sopir untuk hati-hati. Tapi sopir itu tetap
cuek.
Begitu memasuki daerah kebak kramat bis oleng, tiba-tiba
brakkk suara sangat keras menghantam bis. bis menabrak travel “R” dengan
sangat keras dan baru berhenti setelah menabrak pohon asem besar yang
ada didepan makam kebak kramat, pandanganku jadi gelap. Bangun-bangun
terasa sangat perih dikedua sikuku, aku terlempar jauh dari bis. Jeritan
menyayat hati terdengar disana-sini. Travel R hancur lebur, semua
penumpangnya meninggal. Begitu juga dengan penumpang bis “SK”, banyak
penumpangnya yang luka berat, darah dan pecahan kaca berserakan
dimana-mana, bahkan ada sepotong tangan berlumur darah yang mampir
diperutku, aku sempat histeris karena mengira tanganku putus.
“tolonggggg tanganku putus-putussssss, tolong” jeritku sambil memegangi
potongan tangan itu, “lha tangan sampean masih utuh gitu lho, cuma
luka-luka gores kena pecahan kaca” kata bapak-bapak yang menolongku.
“mana pak, lha ini lho tanganku..ini tanganku !!! “kataku sambil
menunjukkan potongan tangan itu. “sabar pak…sabar tangan bapak masih
utuh itu dilihat” kata bapak itu dengan sabar, aku sadar kemudian
melihat tanganku kiri dan kanan “lho iya, benar tanganku masih utuh ya
pak? “Lha terus ini tangannya siapa hiiii” sambil melempar tangan itu
dibawah, badanku terasa dingin dan mata mulai “semrepet” mau pingsan
lagi. Aku kemudian dibawa ke pinggir dihalaman sebuah warung soto. Dari
tempat itu aku baru bisa melihat dengan jelas dahsyatnya tabrakan itu,
banyak penumpang yang bergelimpangan, sebagian masih mengerang sakit
tapi sebagian lagi pingsan, bahkan ada yang tidak “ngukup” alias
meninggal. Bisku sendiri hancur dibagian depan, yang membuatku tambah
bergidik, ternyata sopir dan ibu serta anaknya yang duduk dibelakangnya
meninggal, jenazahnya belum bisa dikeluarkan karena terjepit bangku dan
pintu. Melihat itu, Aku kembali sujud syukur, baru kusadarii arti
peringatan dari perempuan misterius yang berkali-kali memintaku pindah
tempat duduk tadi. Perempuan yang seingatku keluar dari kaca jendela,
menari dan kemudian ngotot minta aku pindah tempat duduk.
Berkali-kali aku menyebut nama Allah SWT, membayangkan seandainya aku
tetap ngotot duduk dibelakang sopir tadi, tentu tubuhku sudah hancur
lebur dijepit kursi dan pintu itu persis yang dialami oleh ibu dan
anaknya yang takut mabuk tadi. Aku bersyukur dan mengucapkan terima
kasih kehadirat Allah SWT, karena sudah mengutus makhluknya yang lain
untuk mengingatkan dan memintaku pindah tempat duduk tadi.
Dari
orang-orang yang kemudian menolong dan memberikan minum kepadaku, aku
baru tahu bahwa daerah kebak kramat adalah daerah black spot, daerah
yang angker, daerah yang berkali-kali menjadi saksi bisu tabrakan maut
dari berbagai macam kendaraan. Sudah banyak korban yang luka-luka dan
meninggal akibat kecelakaan didepan makam kebak kramat itu. Tak heran
bila banyak sopir yang kemudian membunyikan klakson, atau menyalakan
lampu dim dua kali, bahkan tak jarang ada yang melemparkan koin seribuan
atau limaratusan rupiah disekitar jalan itu. “Supaya kalis ing
sambekolo” alias supaya terhindar dari musibah. Aku hanya geleng-geleng
kepala sambil meringis kesakitan, mendengar keterangan itu. Aku tidak
cerita tentang perempuan yang sudah mengingatkanku tadi malam, bagiku
perempuan tadi tetap menjadi misteri terbesar dalam kehidupanku. Menjadi
tangan Allah SWT untuk menyelamatkanku sehingga aku masih bisa cerita
seperti saat ini
Posting Komentar