Kiriman Member : Wandha Hamidah
Ini terjadi sekitar tahun 2003. Bulan dan harinya saya lupa. Waktu itu
adalah pernikahan bibiku. Tradisi dari keluarga kami, resepsi pasti
nyewa gedung. Kebetulan kami nyewa gedung di Surabaya, daerah dekat gedung DPRD Jatim.
Kami terhitung keluarga besar. Bahkan amat besar sehingga untuk
ditampung di rumah keluarga sudah pasti kurang mencukupi. Untuk
mengatasi itu, si tuan rumah yang bekerja di rumah sakit meminta izin
agar kami semua bisa menginap di penginapan yang disediakan rumah sakit.
Singkat cerita, kami tiba di tempat penginapan. Bangunan itu cukup luas
dan megah. Namun hawa mistis sangat kuat disana. Itu karena bangunan
itu dulu adalah Rumah Sakit.
Tanpa ragu, kami memasuki kamar
yang telah disediakan masing2. Setelah mandi dan istirahat, malam pun
datang. Semua keluarga berkumpul di balkon depan kamar kami karena
terdapat TVnya. Sekedar memberitahu, di setiap kamar hanya terdapat 2
ranjang, kamar mandi dan AC saja sehingga apabila ingin menonton TV,
kami harus ke balkon.
Lama menonton televisi, akhirnya saya
bosan. Saya keluar dari balkon dan mencoba jalan-jalan sendirian
mengitari penginapan itu. Sekitar satu jam kemudian, saya kecapaian dan
istirahat dengan duduk bersandar di sofa dekat tangga.
Tiba-tiba, angin berhembus sangat kencang dan dingin. Aneh.. Itu pikiran
saya yang pertama. Kenapa?? Karena balkon tempat saya duduk dan
istirahat itu berdinding kaca. Seketika itu juga, rambut kuduk saya
berdiri (manusia itu berambut bukan berbulu, jadi bulu kuduk itu adalah
ungkapan yang salah).
Saya tidak tahu mengapa, tiba-tiba saya
ingin sekali menoleh dan melihat ke belakang saya. Alangkah terkejutnya
ketika saya mendapati seorang cewek dengan baju putih namun agak kotor,
rambut panjang tidak terawat, berkuku panjang, berwajah pucat dengan
bermake-up darah yang sudah bewarna gelap karena darah lama, sedang
tersenyum ria dengan bibirnya yang lebar sembari melotot ke arah saya
sambil mengetok kaca dinding..
KUNTILANAK sedang menatap
saya!!! Sontak saya kaget sehingga terjerembab dari sofa. Saya merasa
grogi, merinding tidak karuan. Untungnya, ayah saya datang dan
kuntilanak itupun menghilang karena malu. Ayah bingung dengan kondisi
saya. Akhirnya saya cerita kepada ayah. Saya terkejut ketika mendengar
fakta bahwa gedung ini bekas RS Bersalin
Posting Komentar